Postingan

Postingan Terbaru

(serial terakhir dari tulisan Prof. Dr, Azyumardi Azra "Pesantren: perubahan dan Kontinuitas") PONDOK ALQOHAR - NGAJI KITAB RAMADAN 2016 BERSAMA PAK KHAFIDHIN Dunia pesantren, dengan meminjam kerangka Hosein Nasr, adalah dunia tradisional Islam, yakni dunia yang mewarisi dan memelihara Kontiunitas trdisi Islam yang dikembangkan ulama dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu dalam sejarah Islam, seperti periode kaum salaf, yaitu periode para sahabat Nabi Muhammad dan Tabi’in senior. Anehnya, istilah “ salaf ” juga digunakan oleh kalangan pesantren, misalnya “pesantren salafiyah”, walaupun dengan pengertian yang jauh berbeda, jika tidak bertolak-belakang dengan pengertian umum mengenai salaf seperti baru saja dikemukakan. Istilah salaf bagi pesantren mengacu pada pengertian “pesantren tradisional” yang justru sarat dengan pandangan dunia dan praktik islam sebagai warisan sejarah, khususnya dalam bidang syariah dan tasawuf. Perbedaan pesantren dalam me
(serial ketiga dari tulisan Prof. Dr. Azyumardi Azra "Pesantren: Perubahan dan Kontinuitas")  PONDOK ALQOHAR - NGAJI KITAB RAMADAN 2016 BERSAMA PAKDE BASHIR Dengan demikian jelaslah bahwa pesantren bukan hanya mampu bertahan. Tetapi lebih dari itu, dengan penyesuaian, akomodasi dan konsesi yang diberikannya, pesantren pada giliranya juga mampu mengembangkan diri, dan bahkan kembali menempatkan diri pada posisi yang penting dalam sIstem pendidikan nasional Indonesia secara keseluruhan. Secara fisik pesantren mengalami kemajuan yang cukup fenomenal. Berkat peningkatan ekonomi umat Islam, sekarang ini tidak sulit mencari pesantren-pesantren yang memiliki gedung- gedung dan fasilitas-fasilitas fisik lainnya yang cukup megah dan mentereng. Pesantren, dengan demikian, tidak lagi bisa sepenuhnya diasosiasikan dengan fasilitas fisik seadanya, dengan asrama yang penuh sesat dan tidak higienis, misalnya. Ekpansi pesantren juga biasa dilihat dari pertumbuhan
  Sebuah proses pendidikan saya temukan indahnya melalui satu penuturan seseorang.. Ia mengatakan bahwa kita melakukan pendidikan karena ingin mengurusi 4 hal. Yang pertama adalah “Intellectual Coriousity”. Kemudian “Creative Imagination”. Lalu “Art of Discovery”, dan bermuara pada pencapaian “Noble of Attitude”. Walah! Menarik sekali konsep ini. Saya sangat setuju. Kita menyelenggarakan pendidikan, tujuannya adalah untuk menumbuhkan keingintahuan ( intellectual coriousity ). Jadi, sebenarnya, setiap manusia sudah dibekali Tuhan bahan bakar untuk menjadi pandai. Takdirnya adalah untuk menjadi tahu. Setiap manusia adalah generator pengetahuan. Nah, bensin-solar penggeraknya itu tadi adalah rasa ingin tahu. Orangtua, guru, atau siapapun kita, tidak perlu ngotot mendoktrin mereka ini dan itu. Tidak usah susah-susah mendiktekan mereka ilmu ini dan itu. Biarlah mereka yang akan menemukan. Tugas seorang pendidik adalah menyakan tombol “on” pada rasa ingin tahu anak didik. Dan g
Pemuda Masa Depan. Pidato yang dipersembahkan Menik Nur Aini dalam Lomba Pospeda 2016 dengan perolehan Juara II dan Jura I di hati seluruh saudara ALQOHAR UNITED. السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ باسم الله الرحمن الرحيم، الحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، أَشْهَدُ اَنْ لَاإِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِيْن، سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ. Yang kami hormati, Para Alim Ulama di wilayah Kabupaten Klaten Yang kami hormati, Seluruh jajaran pejabat di Tingkat Kabupaten Klaten Yang kami hormati, para dewan juri Dan tidak lupa pula teman-teman seperjuangan menempuh jalan kesungguh-sungguhan dalam meniti Ridha Allah.., Perkenankanlah, kami disini un