Ini adalah ilmu yang hari ini mungkin terdengar langka di telinga santri kebanyakan. Mendalami bahasa Arab dengan Nahwu-Shorof-Imla'-I'lal dan sebagainya rasa masih kurang kalau belum mencicipi ruang lingkup seni di dalamnya. Jika dalam hal visual, santri belajar seni Kaligrafi dengan gaya Kufi, Tsulutsi, Riq'i, Diwany, Farsi, dan Naskhi. Maka seni yang bersifat oral-aural (lisan dan dengar) adalah Ilmu Arudh.
Ini adalah ilmu dalam menyusun sebuah syair dalam kebudayaan Arab yang dibaku-dan bukukan oleh Imam Ahmad Khalil al-Farahidi. Ilmu ini sekaligus panduan dalam melagukannya dengan nada-nada indah yang berbeda-beda.
Jika dalam Tembang Macapat ada Maskumambang, Mijil, Sinom, Asmaradana, dan sebagainya, maka dalam Ilmu Arudh ini ada Bahr Rajaz, Kamil, Wafir, dan sebagainya. Komposisi dan karakter masing-masing Bahr unik satu sama lain.
Dalam konteks Santri Al-Qohar, terutama tim hadrah, ini dipelajari dengan harapan mampu memperluas cakrawala eksplorasi dan penyegaran dalam membawakan syi'ir, qasidah, atau teks shalawat. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah keterangan ringkas masing-masingnya disertai dengan wazan serta beberapa cara melagukannya. Selamat belajar!
Komentar
Posting Komentar